iklan banner

Lomba Masak HPS 2012 Stasi Harapan Indah



Siang itu ada sedikit mendung yang bergelayut di ujung timur jauh sehingga membuat suasana tidak begitu terik namun ada rasa panas karena serasa mau hujan  , sementara kerumunan umat sudah cukup memadati halaman Gereja St. Albertus Harapan Indah. Minggu (28/10/2012) pukul 12.00 wib acara Lomba Masak dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS 2012)itu dimulai.  Dibawah tenda yang membujur panjang itu ada 30 kelompok peserta dari total 41 lingkungan di Stasi Harapan Indah.


Acara yang diselenggarakan oleh Seksi Pelayanan Sosial Ekonomi (SPSE) ini bertema mengolah makanan dengan bahan pokok BERAS JAGUNG. Bahan pokok ini tidak boleh dicampur dengan tambahan lauk daging, baik sapi maupun ayam. Masing masing kelompok terdiri dari 3 orang bisa wanita maupun pria.

Acara yang dibuka oleh Pastor Yoseph Jaga Dawam, SVD ini didukung oleh dewan juri yang terdiri dari Pastor Alexander Nevi Mapu, SVD , Pastor Ramlan , SVD , Ibu Sisca Susanto ( Pakar Tata Boga dari Paroki Kranji ) , Ibu Christine dari Paroki Santa Anna dan Ibu Silvia Janet dari Kebayoran Lama.

MC :
Ibu Ana Retna Indrarita, dari stasi St. Albertus (Lingkungan Yohanes)
Ibu Helena Siswanto, dari Paroki Kranji

Meski cuaca siang itu kurang bersahabat namun cukup banyak umat yang dengan setia memberikan dukungan kepada peserta dari lingkungannya masing-masing. Peserta mulai memasak pada jam 13.30 wib dan sementara peserta bekerja keras mengolah masakan pemandu acara,  pasangan lincah Ibu Ana Retna Indrarita (Rita) dari Lingkungan Yohanes 3 dan Ibu Helena Siswanto dari Paroki Kranji, sebagai MC memberikan komentar dan hiburan sehingga suasana lomba berlangsung dengan semarak.  Sembari menunggu jalannya lomba, umat yang hadir pun berkesempatan menikmati  makanan kecil yang telah disediakan oleh panitia.

Saat menjelang pk 15.00 semua peserta sudah selesai memasak dan mulai menata meja dan mengatur tampilan masakannya. Tepat pukul 15.15 wib semua peserta berhenti melakukan kegiatan dan dipersilahkan keluar dari area untuk kemudian juri melakukan pengamatan dan penilaian. Cukup lama waktu yang diperlukan oleh dewan juri untuk melakukan penilaian karena mereka harus melakukannya meja demi meja. Tidak jarang juri harus kembali ke meja yang sebelumnya untuk membandingkan lagi rasa masakan. Meskipun ada waktu khusus untuk penilaian, sebenarnya para juri telah melakukan pengamatan dari sejak peserta menyiapkan bahan dan memasaknya. Kerja sama kelompok dan kebersihan pun turut dinilai.

Sekitar pukul 16.00 wib juri selesai melakukan pengamatan. Sementara juri berkumpul di ruangan terpisah dan menghitung nilai, penonton dipersilahkan untuk mencicipi dan menikmati hasil masakan. Suasana menjadi sangat heboh penonton berebut untuk mengambil hidangan yang ada, singgah dari satu meja ke meja yang lain.

Ibu Sisca mewakili dewan juri mengumumkan hasil penilaian. Kelompok terbaik dari peserta lomba adalah sebagai berikut :
  • ·     Juara I Lingkungan Felisitas 4
  • ·     Juara II Lingkungan Felisitas 1
  • ·     Juara III Lingkungan St. Aloysius 1
  • ·     Juara Harapan I Lingkungan St. Theresia 3
  • ·     Juara Harapan II Lingkungan St. Yohanes 4
  • ·     Juara Harapan III Lingkungan St. Petrus 3

Hadiah untuk para pemenang diserahkan oleh Ibu Bingah, Pak Richard, Pak Arif dan Ibu Eka dari Dewan Stasi, dan Pastor Ramlan serta Pastor Nevi. Acara ditutup pk 17.00

Kesan  dan komentar dari Ibu Sisca, ketua dewan juri:

Menurut Ibu Sisca sebagai Ketua Dewan Juri mengatakan bahwa secara umum peserta telah memberikan penampilan terbaiknya, sebagai tim mereka cukup kompak. Bahan pokok yang dipilih yaitu jagung adalah bahan makanan yang sudah sangat jarang dikonsumsi sebagai makanan pokok. Jadi ada upaya untuk melestarikan keragaman makanan pokok melalui kegiatan ini. Pengolahan bahan yang dilakukan oleh peserta sangat beragam sehingga hasil akhir dan rasa menjadi sangat bervariasi. Oleh karenanya para juri harus jeli dalam melakukan penilaian. Namun ada teknik dasar dalam pengolahan yang dapat menunjukkan kepiawaian peserta, misalnya pengolahan jagung menjadi nasi untuk memperoleh hasil yang matang. Beberapa peserta yang mengolah jagung menjadi hidangan pelengkap misalnya puding. Tantangan lain adalah kombinasi antara makanan pokok dan lauknya. Karena peserta tidak diperbolehkan menggunakan daging sapi maupun ayam, beberapa peserta menggunakan ikan tawar maupun laut sebagai lauk untuk sumber protein. Dari sisi penyajian juga cukup beragam, dari tradisional sampai western style. Ada satu peserta yang sangat kreatif dalam pengolahan dari betul-betul bahan mentah sampai  jadi di lokasi lomba.

Beliau juga menyarankan agar kegiatan dalam rangka Hari Pangan Sedunia ini tidak berhenti pada lomba saja. Penggunaan bahan makanan pokok alternatif perlu untuk dimasyarakatkan. Umat di stasi dapat melakukannya misalnya dengan menyajikannya di kantin gereja. Tiap lingkungan secara bergilir dapat bertugas menyediakannya. Ini diharapkan dapat menggugah para orang tua untuk juga melakukannya di rumah khususnya untuk anak-anak yang saat ini sudah terbiasa dengan mengkonsumsi fast food.

Arif – Sekretaris DS
text gambar text gambar text gambar text gambar text gambar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel