Minggu Biasa XXIX

 "Renungan 16 Oktober 2016 ""

"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? " [Luk 18:7]

Syukur atas tempe!

Aku bukanlah seorang pujangga yang pandai menyusun kata-kata. Aku hanyalah seorang yang pernah menjalani pendidikan hingga tingkat sarjana. Ucapanku, susunan kata-kataku, baik tulis maupun lisan tidaklah menarik perhatian dan mampu menggugah perasaan orang lain sama sekali. Namun satu hal yang tak kuragukan sama sekali adalah bahwa Allah mengetahui apa yang kuinginkan meski susunan kata-kataku tak keruan.

Adalah seorang teman dari Timor Timur (Timor Leste sekarang). Dalam suatu makan bersama, ia memimpin doa pembuka makan, “Ya Tuhan, aku bersyukur kepadamu atas tempe dan sayuran yang tersaji di meja ...” Aku terkejut mendengar doa yang belum pernah aku dengar. Sambil mengucap doa, ia memandang anugerah yang tersaji di meja dan menyebutnya satu per satu. Bagiku, doa ini sungguh nyata. Aku bersyukur atas realitas rahmat dalam hidupku!

Terasa sungguh doa temanku itu (entah sekarang di mana dia berada) hingga saat ini. Realitas hidup merupakan bahan doa yang takkan pernah cukup untuk disusun dalam kata-kata. Hanya maukah realitas hidup itu dikomunikasikan terus-menerus kepada Allah meskipun Ia tahu apa yang diinginkan umat manusia agar Ia bertindak dan memberikan rahmatNya?

Allah bukanlah hamba yang siap sedia melaksanakan perintah umat manusia, sang tuan. Allah penuh kebebasan dalam kepenuhan pengetahuanNya akan segala sesuatu. Justru karena kepenuhanNya itulah Yesus mengajarkan agar umat manusia tidak jemu menjalin komunikasi denganNya. Apapun dan bagaimanapun realitas hidup yang dikomunikasikan pastilah didengarkan Allah.

Share this post