Sejarah Gereja Santo Albertus
Rabu, 12 Desember 2012
Edit
Sejarah Gereja Santo Albertus Harapan Indah masih dalam proses pra penulisan. Team KOMSOS sedang mengerjakan karya besar ini. Salah satu cara untuk mendapatkan fakta sejarah, team KOMSOS menyelenggarakan "Lomba Foto Gereja Santo Albertus Harapan Indah dari masa ke masa".
Kami sangat mengharapkan bantuan dan dukungan sehubungan dengan sumber sejarah, barangkali ada umat yang menyimpan dan mengetahui seputar sejarah gereja kita mohon dapat menghubungi team komsos St. Albertus via email ke komsos@santoAlbertus.org atau telp ke 0811910080
Namun demikian sebagai gambaran awal tentang Gereja Santo Albertus Harapan Indah seperti yang telah ditulis oleh Team kami dan sempat ditayangkan dalam Majalah Hidup adalah sebagai berikut :
Memasuki gerbang utama Gereja Stasi Santo Albertus Harapan Indah Bekasi, Jawa Barat, akan tampak dua mozaik berukuran 2,1 x 4,5 meter yang membentuk gambar Santo Albertus Agung dan Sabda Bahagia Yesus.
Gereja Santo Albertus memiliki bentuk rancang dasar seperti gereja-gereja pada umumnya. Tinggi, menjulang, dan lancip, serta ditopang dengan pilar-pilar yang kokoh. Ini adalah simbol rumah singgah mirip dengan kemah.
Gereja ini diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, pada 26 Juni 2011. Usaha mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sempat mengalami hambatan. Saat ini, warga Stasi Santo Albertus berjumlah sekitar 6.000 jiwa atau 1.568 KK. Stasi ini masuk wilayah Paroki Santo Mikael Kranji, Bekasi.
Ihwal pembangunan gereja ini berawal sekitar tahun 1990. Ketika itu banyak penduduk Kota Jakarta hijrah ke daerah pinggiran untuk memenuhi tuntutan tempat tinggal yang
dirasakan semakin sempit dan kesulitan lahan di Jakarta. Peluang ini dimanfaatkan oleh para pengembang perumahan, dengan membangun kompleks perumahan.
Pelayanan iman pun mulai dibutuhkan oleh umat yang mulai menempati perumahan yang baru dibangun itu. Karena belum ada gereja, Misa diadakan di ruko. Namun, karena umat semakin banyak dan ruko yang dipakai sebelumnya tidak mampu menampung umat lagi, maka Misa sempat dipindahkan ke ruko lain yang lebih luas. Pada 2006 saja, jumlah warga mencapai 4.686 jiwa dan luas jangkauan warga berkembang menjadi lima wilayah. Maka, kebutuhan akan tempat ibadah permanen makin menguat.
April 1996, diadakan Misa untuk pertama kali di Kompleks Harapan Indah. Seorang dosen Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Pastor Damianus Weru SVD, menganjurkan agar di tempat ini dibentuk stasi. Stasi Harapan Indah terbentuk pada tanggal 23 Juni 1996.
Pastor Damianus juga mengusulkan agar stasi ini memakai nama pelindung Santo Albertus, karena ia melihat semangat umat sejalan dengan semangat Santo Albertus. Situasi umat saat itu, yang berjuang untuk mendapatkan izin pembangunan gereja, mirip Santo Albertus yang berjuang mempertahankan ajaran iman Gereja yang diserang oleh para bidah. Usulan ini pun diterima umat.
Sosok pelindung Santo Albertus yang dikenal dengan kepandaiannya, menginspirasi warga Stasi Albertus untuk memikirkan sebuah cara agar gedung gereja yang permanen dapat terwujud. Ketika tantangan demi tantangan menghadang proses pembangunan gedung, warga paroki tak gentar. Termasuk, gedung gereja yang perlahan mulai dibangun dirusak massa pada 17 Desember 2009.
Meski demikian, warga tak merasa ciut. Pada 24 Desember 2009 Misa diadakan kembali di gedung gereja ini. Ketua Panitia Pembangunan Gereja (PPG) Santo Albertus Bekasi, Laksamana Pertama Christina Maria Rantetana, mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Ia mempererat jalinan persaudaraan antarwarga masyarakat di tempat ini.
Warga stasi melakukan kegiatan membangun Taman Gizi Umum, menyelenggarakan pasar murah menjelang Idul Fitri, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan di sekitarnya. Misalnya, ikut meringankan beban para korban bencana dengan bantuan makanan dan obat-obatan. Kemudian, melakukan pengobatan gratis untuk masyarakat umum pada Masa Adven atau Prapaskah.
sumber : http://www.hidupkatolik.com/2012/02/06/santo-albertus-sumber-inspirasi-umat-harapan-indah
Namun demikian sebagai gambaran awal tentang Gereja Santo Albertus Harapan Indah seperti yang telah ditulis oleh Team kami dan sempat ditayangkan dalam Majalah Hidup adalah sebagai berikut :
Memasuki gerbang utama Gereja Stasi Santo Albertus Harapan Indah Bekasi, Jawa Barat, akan tampak dua mozaik berukuran 2,1 x 4,5 meter yang membentuk gambar Santo Albertus Agung dan Sabda Bahagia Yesus.
Gereja Santo Albertus memiliki bentuk rancang dasar seperti gereja-gereja pada umumnya. Tinggi, menjulang, dan lancip, serta ditopang dengan pilar-pilar yang kokoh. Ini adalah simbol rumah singgah mirip dengan kemah.
Gereja ini diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, pada 26 Juni 2011. Usaha mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sempat mengalami hambatan. Saat ini, warga Stasi Santo Albertus berjumlah sekitar 6.000 jiwa atau 1.568 KK. Stasi ini masuk wilayah Paroki Santo Mikael Kranji, Bekasi.
Ihwal pembangunan gereja ini berawal sekitar tahun 1990. Ketika itu banyak penduduk Kota Jakarta hijrah ke daerah pinggiran untuk memenuhi tuntutan tempat tinggal yang
dirasakan semakin sempit dan kesulitan lahan di Jakarta. Peluang ini dimanfaatkan oleh para pengembang perumahan, dengan membangun kompleks perumahan.
Pelayanan iman pun mulai dibutuhkan oleh umat yang mulai menempati perumahan yang baru dibangun itu. Karena belum ada gereja, Misa diadakan di ruko. Namun, karena umat semakin banyak dan ruko yang dipakai sebelumnya tidak mampu menampung umat lagi, maka Misa sempat dipindahkan ke ruko lain yang lebih luas. Pada 2006 saja, jumlah warga mencapai 4.686 jiwa dan luas jangkauan warga berkembang menjadi lima wilayah. Maka, kebutuhan akan tempat ibadah permanen makin menguat.
April 1996, diadakan Misa untuk pertama kali di Kompleks Harapan Indah. Seorang dosen Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Pastor Damianus Weru SVD, menganjurkan agar di tempat ini dibentuk stasi. Stasi Harapan Indah terbentuk pada tanggal 23 Juni 1996.
Pastor Damianus juga mengusulkan agar stasi ini memakai nama pelindung Santo Albertus, karena ia melihat semangat umat sejalan dengan semangat Santo Albertus. Situasi umat saat itu, yang berjuang untuk mendapatkan izin pembangunan gereja, mirip Santo Albertus yang berjuang mempertahankan ajaran iman Gereja yang diserang oleh para bidah. Usulan ini pun diterima umat.
Sosok pelindung Santo Albertus yang dikenal dengan kepandaiannya, menginspirasi warga Stasi Albertus untuk memikirkan sebuah cara agar gedung gereja yang permanen dapat terwujud. Ketika tantangan demi tantangan menghadang proses pembangunan gedung, warga paroki tak gentar. Termasuk, gedung gereja yang perlahan mulai dibangun dirusak massa pada 17 Desember 2009.
Meski demikian, warga tak merasa ciut. Pada 24 Desember 2009 Misa diadakan kembali di gedung gereja ini. Ketua Panitia Pembangunan Gereja (PPG) Santo Albertus Bekasi, Laksamana Pertama Christina Maria Rantetana, mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Ia mempererat jalinan persaudaraan antarwarga masyarakat di tempat ini.
Warga stasi melakukan kegiatan membangun Taman Gizi Umum, menyelenggarakan pasar murah menjelang Idul Fitri, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan di sekitarnya. Misalnya, ikut meringankan beban para korban bencana dengan bantuan makanan dan obat-obatan. Kemudian, melakukan pengobatan gratis untuk masyarakat umum pada Masa Adven atau Prapaskah.
sumber : http://www.hidupkatolik.com/2012/02/06/santo-albertus-sumber-inspirasi-umat-harapan-indah