iklan banner

Ibu Yesus



1 Januari 2021 Hari Raya  Maria Bunda Allah

Hari Perdamaian Sedunia

“Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Luk 2:21)

Ibu Yesus



Awal Desember 2020, Bapak menyusul Ibu menghadap Yang Kuasa. Kepedihan itu sangat terasa. Mereka yang senantiasa menjadi junjungan bagi berbagai kesulitan hidupku telah tiada. Kepada siapa aku mengadu tatkala mengalami kesulitan?

Menarik bagiku tatkala kuperhatikan batinku berseru bahwa aku terlahir kembali. Sebagaimana 46 tahun yang lalu aku terlepas dari rahim ibuku, demikian pula sekarang aku terlepas dari ikatan kenyamanan batinku dan masuk ke dalam realita kehidupan. Sebagaimana dulu, kini aku terlahir sendiri. 

Peristiwa Yesus merupakan penyucian hidup umat manusia. Yang Suci memasuki secara nyata sebagai manusia mulai dari dalam kandungan seorang wanita. Yang Suci memasuki berbagai dimensi hidup manusia, sungguh-sungguh menjadi seorang anak manusia. Ia dikandung. Ia terlahir. Ia bekerja. Ia pun mati. Maria ada dalam rencana keselamatan Allah. Ia telah disucikan untuk “mengandung” dan “melahirkan” Yang Suci. Maria merupakan representasi dari hidup umat manusia. Ikatan batin Maria dengan Yesus merupakan ikatan batin umat manusia dengan Yang Suci. Maria mengandung dan melahirkan Yang Suci; demikian pula seluruh umat manusia mengandung dan melahirkan Yang Suci. 

Kesucian seluruh umat manusia ada di dalam kebersamaan untuk merawat Yang Suci, yakni kehidupan. Kebersamaan yang dibangun tidak sekadar untuk mempertahankan tetapi sekaligus mengembangkan kehidupan yang bersifat sakral. Masa pandemi merupakan tantangan nyata bagi seluruh umat manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Masa pandemi merupakan tantangan nyata seluruh umat manusia menjadi “IBU” bagi Yang Suci. 

Pada awal tahun ini aku menawarkan permenungan tentang kebundaan Maria. “Bunda Allah” menunjuk pada keilahian. Jikalau dikatakan bahwa kebundaan merupakan kebersamaan seluruh umat manusia, maka hidup umat manusia ilahi sifatnya. Oleh karena itu, tidak ada pembenaran terhadap berbagai sikap dan tindakan yang merongrong dan melemahkan harkat dan martabat hidup umat manusia. Tidak ada pembenaran mengorbankan satu orang juga demi kebersamaan. Orang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan sesamanya.

SELAMAT TAHUN BARU

~o0o~


Penulis : Slamet Harnoto & Publisher : F.X Rudy - Tim PARPOL  [Partisipan Pelayan Online]
Paroki Harapan Indah Bekasi

0 Response to "Ibu Yesus"

Posting Komentar

Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !

Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah

text gambar text gambar text gambar text gambar text gambar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel