iklan banner

Kunci Kelima

29 Maret 2020 Minggu Prapaskah V
 “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25a)


Kunci Kelima

Rasanya absurd memikirkan kebangkitan orang yang sudah terkubur beberapa hari. Tentunya raga yang terkubur sudah mulai proses pembusukannya. Bagaimana raga itu bisa dihidupkan kembali? Rasionalitasku tidak dapat menemukan jawabannya kecuali mentok pada mitologi “bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin”! Oleh karena itu, pikirku, jauh lebih penting merenungkan penyelenggara kehidupan ini tatkala merenungkan sakit dan kematian Lazarus, saudara Maria dan Marta yang diceriterakan Yohanes.

Kunci kelima merupakan kunci masuk ke keabadian, yakni percaya kepada Yesus sepenuhnya. Kata “sepenuhnya” mengandaikan kerelatifan segala sesuatu yang duniawi, sementara keabadian tidaklah demikian. Kerelatifan tentunya mudah dipikirkan dibandingkan keabadian, karena masih bisa ditangkap secara inderawi. Kata “sepenuhnya” pada akhirnya menunjukkan fenomena “pasti” bahwa tidak ada kepercayaan utuh kepada Yesus. “Pasti”-lah ada celah ketidakpercayaan atau keraguan terhadap Yesus. Ini yang terjadi pada Marta sehingga Yesus harus berulang kali menegaskan siapa diriNya agar utuh kepercayaan Marta terhadapNya.

Kisah Lazarus dipakai Yohanes untuk mengajarkan tentang makna penderitaan dan kematian. Terasa begitu saja Yohanes menyamakan antara penderitaan dan kematian yang disatukan oleh “buah dosa”. Namun bagi Yohanes, keberdosaan tiada berguna tatkala orang percaya sungguh pada Yesus. Penderitaan dan kematian akan mengungkapkan “kemuliaan Allah”. “Dunia” tidak akan pernah mampu menghancurkan kasih Allah kepada umat manusia. Kasih Allah terpancar nyata dengan kesembuhan Lazarus, yakni kebangkitannya.

Percaya kepada Yesus sepenuhnya yang menjadi kunci kelima membuka mata hati akan realitas penyelenggara kehidupan umat manusia. Sakit selalu ada obatnya. Kematian selalu membangkitkan. Pemegang kunci kelima tidak hanya teguh pada keyakinan “selalu ada jalan”, tetapi sungguh memeroleh jalan (“terang”) dalam suatu situasi negatif. Sebagaimana dipikirkan Whitehead (seorang filsuf US), jalan ini menjadi idea bagi yang lain. Konkretnya, apa yang dianugerahkan pada seseorang pada suatu titik waktu akan memberikan pelajaran bagi yang lain.

Kunci kelima ini menyatukan keempat kunci lainnya: (1). Berbakti kepada Allah, (2). Mengalami kemuliaan ilahi, (3). Menjadi sumber kehidupan abadi, (4). Mengenali Yesus Terang Dunia. Pada dasarnya orang pemilik kunci kelima sekaligus memiliki keempat kunci itu. Dengan demikian, dapat disederhanakan bahwa orang cukup hanya memegang kunci kelima saja. Inilah kunci kehidupan bagi manusia (beriman).


Selamat memasuki Minggu Suci! Berkat Tuhan! Amin.

Penulis : Slamet Harnoto  & Publisher : Hery WW  - Tim PARPOL  [Partisipan Pelayan Online] Paroki Harapan Indah Bekasi

0 Response to "Kunci Kelima"

Posting Komentar

Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !

Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah

text gambar text gambar text gambar text gambar text gambar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel