Gladi Rohani: Memertajam Indera Rohani
Rabu, 26 Februari 2020
Add Comment
26 Februari 2020 Rabu
Abu; Pantang & Puasa
“Ingatlah, jangan kamu melakukan
kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian kamu tidak beroleh
upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat 6:1)
“Gladi Rohani:
Memertajam Indera Rohani”
Suatu ketika ada seorang warga lingkungan yang berpuasa mutih (hanya makan nasi putih tanpa lauk
dan minum air putih) selama empat puluh hari. Tujuannya untuk menerawang
kondisi seseorang yang menjadi panutan jemaat. Dikatakan pada akhir puasa bahwa
orang tersebut memiliki aura hitam, terbelenggu oleh energi negatif. Lain
waktu, aku dipertanyakan ketidakpuasaanku pada hari Jumat Agung. Pada waktu itu
tanpa menolak anjuran atau diingatkan untuk puasa, aku menjelaskan tentang
bentuk lain dari puasa, yakni memelajari bagaimana mengubah seseorang menjadi
baik atau lebih baik. Konkretnya, saya harus belajar (membaca banyak buku)
lebih keras lagi dan memperhatikan pengalaman para psikolog.
Itulah dua pengalaman menarik bagiku terkait dengan masa Prapaskah
yang senantiasa ada setiap tahunnya dan selalu dimulai dengan hari Rabu Abu.
Nasihat/ajaran/pedoman Yesus terasa tidak mudah dijalankan. Secara pribadi,
saya cenderung memamerkan praktik hidup keagamaan di hadapan orang lain. Aku
semakin bersemangat menjalankan tatanan agamaku tatkala banyak pujian menerpa
hidupku. Kata orang, sesamaku menyemangati hidupku. Jikalau demikian,
nasihat/ajaran/pedoman dari Yesus diabaikan. Dengan demikian pula, sebenarnya
saya tidak mampu menjalankan tatanan agamaku.
Puasa dan pantang merupakan salah satu bentuk gladi rohani yang sangat
dianjurkan dalam berbagai bentuk kerohanian. Puasa dan pantang sangatlah baik
dilakukan pertama-tama atau terutama bukan mencari kadigdayaan, tetapi memertajam indera rohani. Bagaimanapun alam roh
tidak dapat diabadikan peranannya dalam kehidupan harian. Umat beriman
ditantang untuk memiliki kepekaan dalam pergerakan roh: manakah roh jahat dan
Roh Kudus! Sebagaimana mata batin perlu diasah terus, demikian pula mata
rohani! Tak dapat dipungkiri bahwa masa Prapaskah yang sering disebut juga
sebagai masa retret agung mengabaikan hal ini. Semua pendalaman iman dalam
pertemuan-pertemuan jemaat bertujuan mengasah mata rohani atau kepekaan rohani
ini.
Maka, tatkala orang berpantang suatu bentuk sajian/makanan, orang
tersebut tidaklah sekadar mengesampingkan hal fisik-biologis ataupun
psikologis. Orang berpantang sesuatu agar memiliki kasih. Hal ini terungkap dan
terwujud dalam bentuk pengumpulan dana bagi orang miskin dari dana yang
seharusnya untuk membeli makanan. Orang berpuasa apalagi! Dalam berbagai bentuk
puasa, orang tidak semata mengejar kesempurnaan fisik-biologis dan batiniah,
tetapi sungguh dimensi rohani. Orang lapar mudah tergoda untuk berbuat
kejahatan. Di sini orang ditantang untuk berani bersikap “tidak” terhadap
segala godaan jahat. Bagaimana orang beriman melatih diri terhadap berbagai
godaan, itulah seharusnya berpantang dan berpuasa.
Dalam berbagai kerohanian, mata rohani haruslah senantiasa diasah
terkait dengan kesempurnaan hidup bersatu dengan Allah. Meskipun kebersatuan
itu semata anugerah Allah, dari pihak manusia tetap dibutuhkan usaha untuk
menggapainya. Salah satunya adalah menyediakan waktu khusus untuk olah rohani,
sebagaimana olah raga juga butuh waktu khusus. Masa Prapaskah merupakan masa
yang baik untuk olah rohani. Semoga demikian.
0 Response to "Gladi Rohani: Memertajam Indera Rohani"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah