Paradigma Perjumpaan Dialogal
Minggu, 23 Februari 2020
Add Comment
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48)
23 Februari 2020 Minggu Biasa VII
“Paradigma Perjumpaan
Dialogal”
Kesempurnaan hidup ... inilah salah satu rumusan yang dicari atau
menjadi tujuan hidup seorang anak manusia. Kesempurnaan itu tampak dalam
berbagai ungkapan dan wujud. Ada yang menghayati perkawinan sebagai bentuk
ungkapan dan wujud dari kesempurnaan hidup; ada pula yang justru memilih hidup
membujang. Berpaling pada pewartaan Matius, kesempurnaan hidup adalah Bapa.
Oleh karena itu, tatkala orang merenungkan kesempurnaan, dia merenungkan hidup
Bapa. Tuntutan umat beriman: sempurna sebagaimana Bapa adanya (cf. Mat 5:48).
Maka, tatkala merefleksikan perjumpaan dialogal, kesempurnaan itu
bagaikan menemukan wadahnya sebagaimana Bapa menjumpai dan berdialog dengan
hidup umat manusia dalam dan melalui hidup Yesus. Bapa “menerbitkan matahari
bagi yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar
dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Bapa mengasihi semua orang, bahkan
seluruh alam ciptaan (cf. Mt
5:46-47). Inilah panorama pandang dalam mempertemukan iman dengan tatanan nilai
hidup umat manusia. Kasih ilahi diperuntukkan bagi seluruh alam ciptaan,
sehingga seluruh alam ciptaan seutuhnya memancarkan kasih ilahi.
Maka, tatkala masyarakat menggemakan keadilan “mata ganti mata, gigi
ganti gigi”, Yesus justru menyerukan agar orang jangan melawan perbuatan jahat
dengan perbuatan jahat yang sama. Orang yang dikenai perbuatan jahat yang
memiliki kasih ilahi akan tetap mengasihi orang yang berbuat jahat terhadapnya.
Ia tentu akan menyediakan pengampunan bagi yang berbuat jahat. Ia memandang
saudaranya yang berbuat jahat itu sedang mengalami “kejatuhan”. Oleh karena
itu, Yesus menyerukan agar orang tersebut didoakan agar menyadari perbuatan
jahatnya, mampu menerima konsekuensi atas perbuatannya, dan menjadi pribadi
yang semakin baik (cf. Mt 5:44).
Maka, sebagaimana Bapa mengasihi anak-anakNya, umat beriman haruslah
senantiasa memohon agar kasih ilahi senantiasa utuh di dalam hidupnya. Kasih
ilahi senantiasa menghendaki anak-anak manusia senantiasa sehat dan terus
mengalami pertumbuhan (kesejahteraan). Kasih ilahi senantiasa memberikan segala
kebutuhan hidup umat manusia. Kasih ilahi pun menghendaki anak-anak manusia
tidak semakin terpuruk karena kejatuhan Adam. Dengan kasih ilahi ini, umat
beriman semakin bijak dalam mengembangkan hidup bersama. Semoga demikian. Amin.
0 Response to "Paradigma Perjumpaan Dialogal"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah