Kunci Pertama
Sabtu, 29 Februari 2020
Add Comment
1 Maret 2020 Minggu Prapaskah I
“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat 4:10)
Kunci Pertama
Dua dekade yang lalu aku mengalami di suatu daerah di Jawa Tengah.
Kunci mobil tertinggal di dalam mobil, sementara mobil terkunci rapat. Untung,
aku parkir di depan bengkel milik umat katolik. Dengan keahlian perbengkelan
akhirnya kunci dapat diambil dan aku bisa membawa mobil pulang.
Pengalaman pertama yang sangat mengesan itu memberiku inspirasi akan
keberadaan hidupku. Aku tidak boleh meninggalkan kunci (meski lupa) di dalam
batinku kalau perjalanan hidupku tidak ingin mengalami banyak kesulitan. Kunci
hidupku yang pertama dan terutama adalah berbakti kepada Allah. Kebaktian
bukanlah semata soal hati, tetapi sekaligus juga ungkapan dan perwujudan. Sama
halnya kunci mobil, tatkala kunci hidup tertinggal di dalam aku harus terima
berbagai kesulitan dalam perjalanan hidupku sendiri.
Masa Prapaskah merupakan kesempatan untuk merefleksikan kunci hidup
itu. Apakah saya sungguh menyadari dan yakin sungguh bahwa kebaktian kepada
Allah menentukan hidup saya? Bagaimana ungkapan dan perwujudan kunci itu dalam
kehidupan konkretku selama ini?
Salah satu yang menentukan keberadaan hidup adalah motivasi dasar.
Apakah Allah menjadi landasan dan tujuan dari semua pergerakan hidupku?
Pertanyaan ini menyentuh kesadaran hidup sehingga menjadi “Bagaimana Allah saya
sadari sungguh menjadi landasan dan tujuan dari hidupku?” Di tengah arus
pemikiran yang berpusat pada manusia dan atau lingkungan, rasanya mengembalikan
Allah sebagai pusat pemikiran menjadi absurd. Teramat sulit memikirkan
bagaimana Allah menjadi pusat segala-galanya.
Maka, menjadi tantangan tersendiri bagi umat beriman untuk menjadikan
Allah sebagai landasan atau motivasi dasar dalam hidupnya. Tidak hanya
tantangan arus pemikiran yang ada di dalam Gereja, tetapi juga berbagai
kebutuhan hidup konkret. Pencobaan di padang gurun merupakan gambaran pencobaan
hidup umat manusia. Pertama, dibicarakan tentang makanan. Pergulatan hidup umat
manusia terkait dengan ketahanan makanan. Bagaimana ketersediaan makanan bagi
milyaran umat manusia menjadi persoalan abadi dalam hidup umat manusia.
Keterbatasan makanan membentuk pemikiran dalam budi manusia tentang kekuasaan.
Orang yang menguasai “makanan” adalah orang yang berkuasa atas sesamanya. Dalam
berbagai bentuknya kekuasaan itu ada dalam masyarakat manusia: kepala negara
(raja, presiden), pengusaha, ilmuwan, dll. Itulah cobaan yang kedua yang
berujung pada siapakah yang disembah.
Saya pikir baik untuk merefleksikan tentang kekuasaan hidup. Umat
manusia tidak berkuasa atas hidupnya sendiri. Oleh karenanya, kekuasaan itu
relatif sifatnya, hanya Allah yang menguasai segala sesuatu. Maka, sembahlah
dan berbaktilah kepadaNya saja. Itulah kunci pertama dan terutama. Amin.
~o0o~
0 Response to "Kunci Pertama"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah